Budaya Permainan Suksesnya Akademi Ajax Amsterdam Penghasil Bintang

Ajax yang melahirkan bintang-bintang ternama seperti Dennis Bergkamp, Marc Overmars, Johan Cruyff, dan Edwin van der Sar merupakan beberapa nama pesepakbola hebat yang pernah bersinar di eranya. Dari keempatsama yang disebutkan, mereka semua memiliki persamaan, yaitu sama-sama berasal dari salah satu akademi sepakbola terbaik di dunia yakni Ajax Academy atau bisa disebut Akademi Sepakbola ajax.

Kemampuan Akademi Ajax dalam melahirkan pemain-pemain berkelas memang tidak perlu diragukan. Hal ini tidak terlepas dari konsistensi Ajax Amsterdam untuk memegang teguh filosofi klubnya yaitu mengembangkan bakat-bakat muda dari akademi untuk sukses di Eredivisie maupun di Eropa. Hal ini pun berimbas gemilangnya prestasi klub, Ajax Amsterdam tercatat berhasil menjuarai liga Belanda sebanyak 33 kali dan menjuarai KNVB Cup sebanyak 18 kali.

Akademi Ajax

Akademi Sepakbola Ajax terletak tepat di samping jalan raya di distrik Amsterdam yang jauh dari kata ramai. Akademi ini memiliki delapan lapangan yang terawat dengan baik dan sebuah bangunan berlantai dua yang terdiri dari ruang ganti, ruang gym, ruang tutor, dan ruang pelatih beserta stafnya.

Menghadap ke lapangan latihan terdapat sebuah kafe yang kerap menjadi tempat untuk para pemain muda mendapat makanan dengan gizi tinggi guna memastikan perkembangan mereka. Di dalam kemegahan akademi terdapat beberapa pelatih terbaik yang selalu mengajarkan teknik dan cara untuk meningkatkan kualitas permainan para pemain muda.

Ajax memiliki ciri khas yang sangat melekat pada permainan mereka yang dikenal dengan sebutan “Total Football”, sebuah gaya permainan yang dipopulerkan oleh timnas Belanda pada akhir 1960-an. Gaya permainan ini lebih mengutamakan umpan-umpan cepat dan transisi menyerang yang cepat juga dengan seluruh pemain bergerak bersama mengisi ruang kosong di lapangan.

Globalisasi dalam dunia olahraga mendorong para pemain berbakat asal akademi bergabung dengan liga yang lebih bergengsi seperti Liga Inggris, Liga Spanyol dan Liga Jerman. Hal ini seolah menjadi ladang bisnis baru bagi Ajax dengan “berjualan” pemain muda berbakat.

Budaya Permainan

Metode yang dikembangkan dalam Akademi Ajax berfokus pada pelatihan ilmiah, detail permainan, dan penyempurnaan sentuhan bola. Hasil yang diharapkan pun lebih ke bagaimana pemain mengembangkan kreativitasnya dan semangat pada diri pemain bukan tentang hasil yang didapat oleh tim.

Pemantauan pemain berbakat dilakukan beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun sebelum pemain tersebut diundang untuk bergabung bersama akademi. Ajax pun akan menyimpan berkas secara rinci pada masing-masing pemain mulai dari awal pemain tersebut bergabung dengan akademi.

Dalam akademi sendiri secara konsisten terus melakukan pengembangan diri pemain dan terdapat semacam kompetisi antarpemain untuk menunjukkan kualitas mereka. Bagi para pemain yang memiliki kualitas kurang maksimal akan tersisih dan diberi kesempatan untuk menunjukkan perkembangan permainan mereka. Dengan begitu Akademi Ajax telah menempa para pemain baik secara mental maupun fisik.

Latihan akan dilakukan terus menerus dan beberapa pemain akan diinstruksikan dan dididik pada tempat dan waktu yang tepat sehingga mereka pantas untuk berada di tim utama. Tuntutan pada masing-masing pemain akademi yakni pada permainan yang mudah dikenali atau berciri khas, menarik, menyerang, kreatif, cepat, dan sportif.
Ajax merupakan penggagas suatu model kepelatihan yang dikenal dengan TIPS yang memiliki arti T=Technique / Teknik, I=Insight / pemahaman, P=Personality / kepribadian, dan S=Speed / kecepatan.

Dalam setiap sesi latihan selalu terdapat delapan komponen penting dalam sepakbola yaitu latihan koordinasi, menendang, mengumpan dan lemparan ke dalam, pergerakan untuk mengecoh lawan, sundulan, penyelesaian akhir, penempatan bermain, dan permainan kecil agar tidak jenuh. Penggabungan antara delapan komponen utama dalam latihan dan metode TIPS menjadi salah satu rahasia suksesnya akademi Ajax.

Penghasil Bintang

Ajax telah berhasil melahirkan para pemain bintang selama bertahun-tahun. Di masa lampau terdapat beberapa bintang ternama diantaranya Johan Cruyff, Marco van Basten, De Boer bersaudara dan masih banyak lagi.

Untuk saat ini akademi Ajax masih konsisten melahirkan bintang lapangan hijau diantaranya adalah Christian Eriksen (Tottenham), Daley Blind (Manchester United) dan Wesley Sneijder (Galatasaray). Mereka beberapa pemain bintang yang pernah mengenyam pendidikan sepakbola di akademi Ajax.

Pada tahun 1994 hingga 1996 Ajax Amsterdam mencatatkan rekor menakjubkan, dibawah asuhan Louis Van Gaal Ajax tidak terkalahkan dalam 52 pertandingan domestik dan 19 pertandingan UEFA Champions League.

Di tahun 1995 Ajax diperkuat oleh beberapa nama terkenal yang merupakan hasil didikan akademi mereka antara lain Edwin Van Der Sar, Frank Rijkaard, Clarence Seedorf, Ronald De Boer dan Edgar Davids yang membawa Ajax Amsterdam membuat rekor tak terkalahkan selama setahun penuh di Eropa maupun liga domestik. Menjadi juara Liga Champions dan Eredivisie tanpa satu pun menelan kekalahan menjadi rekor yang belum terpecahkan saat ini.

Memiliki Klub Satelit

Ajax diketahui pernah memiliki klub satelit di Amerika Serikat dengan nama Ajax America. Namun saat ini klub tersebut sudah dinonaktifkan karena mengalami kebangkrutan. Ajax juga memiliki klub satelit di Afrika Selatan dengan nama Ajax Cape Town.

Pada tahun 2011, Ajax Amsterdam membuka akademi pertama yang berada di luar Belanda dengan nama Ajax Hellas Youth Academy. Akademi ini terletak di Cofu, Yunani. Yunani sendiri seolah menjadi tuan rumah bagi beberapa akademi sepakbola, terhitung ada 15 akademi yang tersebar di Yunani dan Siprus.

Persaingan dengan Akademi Lain

Tidak lengkap rasanya jika berbicara tentang akademi sepakbola tanpa melibatkan Arsenal dan Barcelona. The Arsenal Academy dan La Masia merupakan dua akademi yang juga terkenal akan kualitas pemain mudanya. Di samping itu terdapat juga Real Madrid’s La Fabrica dan Schalke’s Knappenschmeide juga merupakan penantang utama di jajaran akademi sepakbola. Namun akademi Ajax masih terlihat unggul di antara akademi tersebut.

Di Ajax, sepakbola merupakan gaya hidup. Para pemain muda diajarkan untuk menjadikan sepakbola sebagai sarana pengembangan dan pendewasaan mental mereka secara keseluruhan.

Bicara tentang pemain muda, Edwin van der Sar, yang merupakan CEO Ajax Amsterdam mengatakan, “Tapi kami (Ajax) adalah (klub kecil) jadi kita harus saling membantu, untuk membuat satu sama lain semakin besar. Kamu memiliki rencana untuk dirimu sendiri dan bagaimana anda ingin berkembang tapi Ajax memberi kami (jajaran staf) kesempatan pertama dan kami ingin membagikan pengetahuan kami. Kami tidak memiliki pemain bintang dalam skuat saat ini yang memiliki pengalaman menjadi juara. Kami ingin berbagi itu.”

“Kami menerima itu dengan satu cara, jika kamu berusia 27, 28 dan masih bermain untuk Ajax mungkin anda tidak cukup baik untuk berada di puncak Eropa karena semua pemain ingin berada di puncak Eropa. Jadi kami harus memastikan ada pemain yang lebih cepat dan lebih kuat dan lebih baik untuk tim utama mungkin dibandingkan dengan tiga, empat, atau lima tahun lalu. Kami ingin memiliki skuat muda terbaik di Eropa,” kata Van Der Sar dilansir dari Sportskeeda.

Jasper Cillesen, Anwar El-Ghazi, Jairo Riedewald, dan Arkadiusz Milik, adalah pemain dengan performa menjanjikan yang berada dalam skuat saat ini. Kualitas mereka memastikan bahwa Ajax saat ini ada dalam posisi yang aman namun mungkin saja mereka akan angkat kaki dari Amsterdam untuk mencoba peruntungan mereka di liga yang lebih kompetitif seperti liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol dan Liga Prancis.

Saat ini, fans Ajax jarang sekali melihat klub mempertahankan para pemain bintangnya. Namun setidaknya mereka harus berbangga pada fakta jika Akademi Ajax masih konsisten menghasilkan pemain muda berkualitas dan masih bisa mempertahankan supremasi mereka di kancah domestik. (Referensi: ligadotid)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *